MENUNAIKAN MISI : MENGHAFAL SAMBIL JALAN + SOSIAL EKSPERIMEN BERDAKWAH DI CFD!

Bismillah.

Tahun 2019. Hari Ahad. Mungkin sekitar bulan oktober? Ah aku lupa.
Tapi aku ingat betul itu hari ahad. Karena bertepatan dengan car free day.
Ini adalah sebuah cerita flashback, karena kondisi pandemi ternyata membuat kita banyak-banyak berpikir ke belakang, selain juga harus banyak-banyak menata yang ada di depan.

Hari itu aku dan kawan-kawanku sudah terjaga pukul setengah 4 pagi.
Dengan masih mengantuk mengikuti serangkaian kegiatan orientasi sebuah organisasi Qurani.
Aku ingat betul, setelah shalat malam dan subuh berjamaah disertai beberapa ceramah, kami berbaris rapih di pelataran masjid, di tengah udara pagi kota Bandung yang menusuk persendian. Membuatku lebih sering menggertakkan gigiku dan sesekali menahan keinginan untuk tidur kembali.

Singkat cerita, setelah cukup diberi petuah oleh para pendahulu dan beberapa games yang melatih konsentrasi dan motorik, serta sarapan lesehan yang memperkuat ukhuwah islamiyah, kami pun dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan beberapa misi sebagai serangkaian kegiatan orientasi kami yang entah kapan berakhirnya hari itu (dan ternyata berakhir juga sebelum adzan ashar berkumandang). Jujur, aku sangat suka diberi misi-misi seperti ini. Selain karena memang aku kompetitif, aku juga suka membayangkan diriku menyelesaikan misi-misi seperti di reality show korea haha.

Dua misi yang sangat membekas di ingatanku karena sangat menarik dan memberikan banyak insight baru padaku adalah misi untuk tafakur alam sambil menghafal 1 ayat dan hadist selama perjalanan dari masjid ke pos pertama. Kemudian misi kedua adalah mendakwahi sekelompok orang tak dikenal di Car Free Day. What? Oke, oke, calm down mari kita bernostalgia kembali ke masa itu.



MISI 1 : TAFAKUR DAN MENGHAFAL

Perjalanan dari masjid ke pos pertama memakan waktu sekitar 7-8 menit jalan kaki. Dan kita diharuskan bertafakur atau memetik hikmah selama perjalanan kita serta menghafal 1 ayat dalam surah Al-A'raf plus 1 hadist, dan itu harus dilakukan bersama teman sekelompok. Hadist yang kami hafalkan yakni
عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري

Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” Hadits riwayat Bukhari.



Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/8144-apakah-anda-termasuk-sebaik-baik-manusia.html

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري


Artinya:
“Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Kemudian selama 8 menit perjalanan itu, alhamdulillah bisa menghafalkan 1 ayat di surah Al-A'raf ayat 52, yang artinya "Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman".

Hal ini seketika menjadi pelajaran bagi aku dan kawan-kawanku saat itu. Bahwa sebenarnya waktu kita bisa dimanfaatkan dengan begitu berharga dengan menghafal ayat-ayat Allah dibandingkan hanya bengong atau memikirkan dunia. Mungkin karena kita punya deadline kali ya, ketika ada deadline atau ada target, tentunya kita bisa lebih terpacu dan semaksimal mungkin untuk menghafalkan ayat.

Selain itu, sudah jelas bahwa pembeda manusia dengan makhluk lainnya adalah terletak pada akalnya. Akal manusia ini bisa mengolah segala informasi dan mengaitkannya dengan satu dan lain hal. Nah, melalui tafakur alam, kita bisa melatih akal kita untuk dapat melihat segala hal dengan perspektif yang baik, perspektif yang bisa mendatangkan cinta Allah dan meningkatkan kualitas keimanan kita. Perspektif yang bahkan bisa mengubah hal-hal kecil dari yang sekedar memandangi daun yang terjatuh, menjadikan kita sadar akan takdir dan bagaimana Allah mengatur alam semesta ini. Masya Allah.

MISI 2 : MENDAKWAHI ORANG TAK DIKENAL?

Misi kali ini bisa dibilang cukup berat, karena harus mendakwahi orang asing, dan syaratnya adalah harus kasih 1 dalil. What? Bahkan teman dekat aja kalau mendakwahinya kadang kita masih sangat hati-hati, gimana orang yang bahkan gak dikenal sama sekali?

Saat itu target kita adalah sekelompok anak muda yang sedang melakukan aksi sosial yang seingat aku saat itu berkaitan dengan kampanye gigi sehat, bibir sumbing, dan senyum. Saat itu, beneran deh, awkward banget, dan kita sekelompok cuma sempat saling pandang-pandang gitu. Akhirnya dimulai dengan perkenalan, terus kita coba nanya-nanya soal kegiatan mereka dulu, setelah itu kita coba susupi *eaa susupi* maksudnya mencari dalil yang sekiranya beririsan dengan kegiatan mereka, dan muncullah ayat yang sering aku ulang-ulang saat membaca surah Ar-Rahman, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?".

Eh cek percek setelah ngobrol dan menyampaikan 1 ayat tadi, kita mencoba menggali dan minta feedback dari mereka dan ternyata pemahaman mereka akan agama bisa dibilang bahkan lebih dari kita-kita. Seolah mengajarkan kita bahwa, sejatinya ketika kita berdakwah, akan selalu ada ilmu atau pelajaran baru yang juga akan kita dapatkan. Entah itu dari apa yang kita sampaikan sendiri maupun dari orang yang kita dakwahi. Apalagi orang asing atau yang sebelumnya kita sama sekali gak kenal, bisa-bisa malah sebenarnya dia yang dijadikan Allah perantara untuk mengajarkan kita hal yang baru.

Selain itu, dari misi ini juga aku mengerti mengapa dakwah itu senantiasa harus berjamaah. Karena ketika kita berjamaah disitulah kita saling menguatkan dan saling mengingatkan. Terakhir, bahwa dakwah memang senantiasa membutuhkan strategi. Membutuhkan teknik agar pesannya benar-benar tersampaikan. Bukan sekedar menyampaikan lalu selesai, tanpa memperhatikan adab. Memang perkara hidayah Allah yang mengatur, tapi bukankah ikhtiar tetap harus maksimal?

Intinya, melalui postingan ini, Zarah sangat bersyukur pernah diberikan pengalaman yang sangat luar biasa. Ku harap dengan menuliskannya, bisa selalu menjadi pengingat dikala diri ini mulai lemah, mulai kehilangan arah.

Semoga aku, kamu, dilindungi Allah selalu.
Sudah dulu.
Sampai bertemu.
Jika ada waktu. :)

You Might Also Like

0 comments