Ada Apa Dengan Hujan?

Malam ini hujan.
Lumayan lebat dengan dingin yang menusuk. Ia tak sendiri. Ada guntur dan petir yang turut serta. Bergemuruh dan memancarkan kilauan yang menakutkan.
Tapi aku suka hujan dan segala memori tentang hujan-hujan kemarin.

Hujan itu karunia. Salah satu waktu paling mustajab untuk berdoa. Aku yakin itu benar, aku pernah merasakannya. Siang itu aku baik-baik saja, tapi aku hanya ingin bertemu dengan seseorang. Kami tak berjumpa bukan sebulan maupun setahun, tapi hanya seminggu tak bersua. Hanya saja dia terlalu menyenangkan, membuatku ingin bertemu lagi. Tapi waktu berlalu begitu cepat, perubahannya cukup pesat dan aku hanya bisa mendengarnya dari mulut ketiga. Hari itu juga hujan, jadi aku tidak bisa berlama-lama menunggunya dan harus kembali pulang. Doaku hanya satu. Aku ingin sekali melihat rupanya bagaimana pun itu. Seperti yang kubilang, hujan adalah waktu baik untuk berdoa. Tuhan mengabulkan doaku. Walau hanya sebatas file .jpg dan berasal dari pihak ketiga, aku bisa melihat rupanya yang sekarang.


Walau kadang hujan membuatku tidak bisa memakai sepatu yang sama untuk keesokan harinya, tapi hujan bisa membuatku lebih dekat dengan orang lain. Hujan selalu memaksaku untuk berteduh tanpa harus memilih dimana. Dan semua tempat berteduh, pasti memiliki sebuah cerita. Entah itu kau berkenalan dengan orang baru, melupakan handphone hingga kau harus tahan menjadi anak muda tanpa gadget, berbagi cerita, berbagi sekantong snack, atau bahkan pada akhirnya akan berbagi payung saat kau benar-benar lelah hanya menonton jatuhnya air dari langit. Kuakui, Berbagi payung karena hujan cukup menyenangkan. Seperti harus memaksakan baju-bajumu yang lebih untuk tetap masuk ke dalam koper. Satu, dua, tiga, ada banyak orang yang pernah berbagi payung bersamaku. Menyusuri tiap jalan dengan langkah seirama, saling menunggu jika salah satu darinya harus berhenti untuk mengikat tali sepatu. Tampaknya hujan ingin mengajariku, bagaimana menghargai kehadiran seorang teman.

Ada satu cerita yang sangat kusukai dari "berbagi payung" karena itu terjadi saat acara festival, cara satu-satunya untuk tetap menikmati festival dan hujan adalah menembusnya dengan payung. Karena tidak ada persiapan, aku akhirnya menjadi tokoh yang menumpang di payung orang. Aku suka payungnya yang besar dan teman berbagiku memiliki postur yang tinggi, rasanya bukan seperti berada di bawah payung pada umumnya, tapi lebih seperti berada di bawah payung besar sebuah restoran outdoor. Apalagi saat itu ada festival, jadi segalanya terasa seru. Kalau bisa diulang, aku ingin momen hujan yang satu itu terulang lagi. Walau kadang-kadang aku berpikir, masih adakah bagian payung untukku?



Karena suara rintiknya anggun dan aroma tanah basahnya yang khas, hujan bisa mengubahmu menjadi melankolis. Kadang-kadang, saat hujan, kau mendapati dirimu berada di depan jendela mengadahkan tangan hanya untuk merasakan hujan, menghirup aroma tanah dalam-dalam, dan mengingat memori hitam putih dengan mulut bungkam. Merasakan setiap detik tanganmu perlahan-lahan basah, seakan menghapus satu per satu beban mu. Atau dalam beberapa kasus, hujan malah membebanimu, dengan luka lama yang terjadi saat hujan. Mungkin saja?

Aku tidak setuju. Hujan tidak selamanya membuat kita terlihat melankolis. Ada saat dimana hujan betul-betul membuatmu tertawa lepas. Dengan seorang teman, ketika kau harus menembus langit yang sedang memeras awan, kau akan mendapati dirimu basah dan air limpasan menciprati sepatu kesayanganmu. Tapi kau tetap tertawa dengan lepasnya, seakan bahagia dengan jatuhnya hujan, basahnya tubuhmu, cipratan yang harusnya membuatmu mengomel, dan membuat setiap tetes air yang jatuh tampak seperti lelucon di matamu. Dengan teman yang turut bahagia mendengarnya, hujan kala itu akan menjadi hujan yang paling menggembirakan. Meski pada akhirnya Ia memaksamu memakai jas hujan berbahan plastik dan esoknya kau akan terserang pilek parah.

Malam ini hujan. Aku ingin berdoa sebanyak mungkin. Salah satunya, agar aku masih sempat menulis kisah-kisahku pada hujan selanjutnya.

Jangan lupa, ketika hujan turun.. Allahumma shoyyiban naafi’aa

You Might Also Like

3 comments

  1. Iya emang musim ujan yah. Semoga aja bawak berkah, gak banjir. Aamiin.

    Btw, hujan itu selalu meresonansi masa lalu :'

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. Yep. Jangan sampe baper kak. Hehe :D

      Delete
  2. wah cerita yang bagus hehehe

    ReplyDelete