Apa Kabar Hidupku?

Sudah lama rasanya aku meninggalkan portal maya yang kugunakan sebagai buku catatanku. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku lebih fokus pada urusan lain dibandingkan mengabadikan momen-momen hidup dalam bentuk paragraf-paragraf runtun. Tapi, hari ini aku kembali. Kembali setelah rasanya aku tak sanggup lagi menyimpan semuanya dalam otak dan merasa buruk saat bangun di pagi hari.

Apa kabar hidupku?

Aku mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan pada diriku sendiri. Mungkin karena aku baru saja selesai menonton drama korea "It's Okay, It's Love." (ya.. memang drama itu sudah lama) dan memetik beberapa pelajaran, salah satunya adalah mulailah bertanya atau berinteraksi dengan dirimu sendiri. Tentang keadaanmu atau bahkan hanya untuk mengucapkan selamat tidur.

Kembali lagi. Apa kabar hidupku?

Jawabannya baik. Tak ada hal yang begitu spesial. Meskipun tak bisa dipungkiri banyak kejadian-kejadian baru yang berkesan atau sekedar menimbulkan perasaan-perasaan baru dalam diriku yang notabennya masih sangat polos. Mungkin?

Selama ketiadaanku di blog ini, aku merasakan kehilangan. Aku kehilangan waktu libur, kehilangan keluargaku selama lima hari dalam seminggu (karena harus ngekost huhu..), bahkan kehilangan orang-orang dekat. Tepatnya kehilangan dua tetangga kos sekaligus. Mereka pindah dan rasanya, menyedihkan. Seperti baru kemarin engkau mengetuk pintu kamarnya untuk bertamu dan bercerita hingga larut, lalu esoknya kamar itu kosong dan tak berpenghuni. Takkan pernah ada wajah yang sama bertengger di depan pintu untuk menjawab ketukanmu lagi.

Akhir-akhir ini aku juga sering merasa pusing. Dan aku harus membenarkan kutipan bahwa hidup adalah pilihan, karena didalamnya terdapat begitu banyak pilihan yang harus dipilih dengan saksama agar kau tidak terjerumus atau agar kau bisa berkembang lebih jauh. Aku pusing dengan begitu banyak pilihan. Dan terkadang mendapati sisi lemahku sedang menangis meratapi berbagai pilihan yang kupilih serta merasa khawatir jika itu adalah pilihan yang salah. Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu di mana jawabannya berada. Salah satu hal yang membuatku pusing adalah pertanyaan "Apa yang harus aku lakukan?". Pertanyaan itu bagai mencekik tulang leherku. Aku terkadang begitu takut dengan masa depan, dan merasa gembira menyambutnya di waktu yang sama. Detik ini, aku sedang berusaha membuatnya terlihat lebih baik.

Ketiga, aku merasa begitu bahagia. Tidak baik untuk diriku tidak mengakui perasaan bahagia ini. Selain itu, aku bakal tampak sangat menyedihkan jika harus mengungkapkan perasaan-perasaan pahit terus. Aku bahagia, bertemu dengan orang-orang baru, bahagia merasa lebih dekat dengan teman-temanku, merasa bahagia bersama keluargaku, bahagia dengan rezeki Allah, serta bahagia menemukan "apple" meski aku belum yakin sepenuhnya.

Berbicara mengenai "apple" ini membuatku bergitu tertarik. Dia bisa membuatku merasakan begitu banyak rasa. Layaknya permen nano-nano yang sekarang entah kenapa sangat jarang ditemukan dipasaran atau hanya aku yang mengalaminya, entahlah. Siapapun yang merasa nano-nano bukan barang langka, tolong kirimkan padaku. Hehehe. Oke kembali ke "apple", dia aneh. Aku belum begitu mengerti tentang dia jadi aku masih menganggapnya aneh. Di satu sisi, Ia terlihat begitu peduli dan terkadang merasa senang akan diriku. Tapi di sisi lain dia begitu intens menghinaku. Apakah itu yang dimaksud pertahanan diri?

Aku tidak tahu dan merasa bodoh. Terkadang aku tidak tahu caranya mengontrol diriku, hingga akhirnya berakhir pada membohongi perasaan sendiri.

Ah bertahanlah readers, hidupku sedang ditimpa dilema berat. Jadi tulisan ini bakal terlihat sebagai postingan ter-membingungkan dalam sejarah Zarahwesome.

Akan ku akhiri saja. Ini hanyalah kata pengantar sebelum aku kembali aktif menulis lagi. Doakan aku agar tetap Istiqamah sebagai Blogger. Tapi sebelum itu, aku ingin menulis kutipan dari seorang teman yang membuatku baper (eaaa) di sela-sela chattingan grup yang membludak. Mudah-mudahan sesuai dengan suasana hati kalian. Hweheheheh

"Just because one simple sentence, he has already killed all the reason for her to care, but she still standing here, for one stupid reason that she still doesn't understand why. You can call it love, but of course something has changed. There's nothing worse than mean nothing to the person who means everthing to you."

Annyeong!

You Might Also Like

0 comments